Selasa, 15 Juli 2014

Waspada BULLYING pada ANAK !!!!




Apa itu Bullying?

Bullying adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya. 

Victorian Departement of Education and Early Chilhood Developmentmendefinisikan bullying terjadi jika seseorang atau sekelompok orang mengganggu atau mengancam keselamatan dan kesehatan seseorang baik secara fisik maupun psokologis, mengancam properti, reputasi atau penerimaan sosial seseorang serta dilakukan secara berulang dan terus menerus.

Bentuk-bentuk bullying antara lain seperti berikut :
  1. Bullying fisik, contohnya memukul, menjegal, mendorong, meninju, menghancurkan barang orang lain, mengancam secara fisik, memelototi, dan mencuri barang.
  2. Bullying psikologis, contohnya menyebarkan gosip, mengancam, gurauan yang mengolok-olok, secara sengaja mengisolasi seseorang, mendorong orang lain untuk mengasingkan seseorang secara soial, dan menghancurkan reputasi seseorang.
  3. Bullying verbal, contohnya menghina, menyindir, meneriaki dengan kasar, memanggil dengan julukan, keluarga, kecacatan, dan ketidakmampuan (exampel : "Eh ada sih pincang lewat").
Bullying  bisa terjadi di tempat-tempat berikut ini :
  1. Terjadi pada situasi di mana pengawasan yang kurang dari orang dewasa, seperti di kamar mandi sekolah, jalan masuk kelas, dan tempat bermain.
  2. Sering terjadi di tempat bermain daripada di kelas.
  3. Interaksi agresif (baik secara fisik maupun verbal) muncul setiap 24 menit di tempat bermain, sedangkan di dalam kelas kemunculannya sekali setiap 37 menit.
  4. Tempat bermain yang biasanya tidak diawasi oleh guru atau orang dewasa, juga sulit dideteksi karena tingginya aktivitas bermain anak-anak di lapangan dan sering dikira sebagai salah satu bentuk permainan anak-anak misalnya permainan gulat.
  5. Di dalam kelas.
 Dampak bullying secara umum :
  •  Pelaku
  1. Bullying yang terjadi pada tingkat SD dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan pada jenjang pendidikan berikutnya.
  2. Pelaku cenderung berperilaku agresif dan terlibat dalam gank serta aktivitas kenakalan lainnya.
  3. Pelaku retan terlibat dalam kasus kriminal menginjak usia remaja.
  • Korban
  1. Memiliki masalah emosi, akademik, dan perilaku jangka panjang.
  2. Cenderung memiliki harga diri yang rendah, lebih merasa tertekan, suka menyendiri, cemas, dan tidak aman.
  3. Bullying menimbulkan berbagai masalah yang berhubungan dengan sekolah seperti tidak suka terhadap sekolah, membolos, dan drop out.
  • Saksi 
  1. Mengalami perasaan yang tidak menyenangkan dan mengalami tekanan psikologis yang berat.
  2. Merasa terancam dan ketakutan akan menjadi korban selanjutnya.
  3. Dapat mengalami prestasi yang rendah di kelas karena perhatian masih terfokus pada bagaimana cara menghindari menjadi target bullying dari pada tugas akademik.
Apa saja yang dapat dilakukan oleh para guru untuk menangani kasus bullying di sekolah?
  1. Identifikasi perilaku bullying sejak dini.
  2. Fasilitas diskusi kelompok dengan siswa dan orang tua untuk membahas bullying.
  3. Capai konsensus bersama mengenai bullying dan waktu yang tepat untuk mengintervensi.
  4. Guru memberikan contoh bagi siswa untuk selalu berperilaku positif.
  5. Meningkatkan pengawasan terhadap siswa, terutama di tempat bermain.
  6. Memanajemen kelas dengan menciptakan iklim kelas yang bersahabat, pengaturan tempat duduk siswa, dan penggunaan media relaksasi di kelas.
  7. Membuat peratuan anti bullying di sekolah berdasarkan kesepakatan bersama dengan siswa dan orang tua. Peraturan anti bullying mengenai perilaku yang pantas untuk ditunjukkan siswa di sekolah. Jumlah aturan tidak terlalu banyak dan dinyatakan dalam bentuk kalimat positif, misalnya "Perlakukan semua orang dengan baik dan hormat", "Usahakan agar semua orang merasa aman dan nyaman", serta "Tolong menolong adalah hal terpuji untuk dilakukan".
Jadi mulai sekarang perhatikan anak-anak anda baik di lingkungan sekolah, lingkungan bermain dan lingkungan keluarga. Karena dampak Bullying pada anak akan sangat mempengaruhi psikologis anak dan berdampak pada masa depan anak.






5 Motif di Balik Bully

Setiap tindakan manusia—baik pada diri mereka yang sudah dewasa maupun masih kanak-kanak, pasti didasari oleh motif tertentu. Memahami apa yang menjadi latar belakang perilaku bully akan memberikan pertimbangan ekstra bagi Anda mengenai tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mencegah pengalaman tidak mengenakkan itu menimpa anak.


 Apa saja motif yang seringkali melatarbelakangi tindakan bully?

1. Cari perhatian

Bagi anak-anak yang haus perhatian, tidak ada malapetaka yang lebih mengerikan daripada diabaikan oleh orang-orang di sekelilingnya, terutama oleh keluarga dan lingkungan terdekat. Nah, mengolok-olok ataupun mengganggu anak lain akan membuat perhatian “seluruh dunia” tertuju pada diri si pelaku bully—meskipun seringkali dalam bentuk perhatian negatif. Tapi hal ini tidak menjadi masalah, karena bagi mereka, mendulang perhatian negatif selalu terasa lebih baik daripada tidak diperhatikan orang sama sekali.


2. Main-main

Menggoda anak lain terkadang juga dilakukan sekadar untuk bermain-main tanpa keinginan untuk menyakiti—meski dari luar tindakan tersebut terlihat kejam. Anak-anak SD seringkali saling memanggil temannya dengan nama julukan seperti “si gendut” atau “si kribo” untuk sekadar “lucu-lucuan”. Tetapi hati-hati Ma, meski awalnya tidak bermaksud jahat, saling menggoda dan memanggil dengan nama julukan ini bisa berpotensi kebablasan menjadi perselisihan jangka panjang.


3. Ikut-ikutan

Di setiap lingkungan pasti ada satu atau sekelompok anak yang dianggap keren oleh teman-teman sebayanya. Jika si anak keren tadi kedapatan sedang mengganggu orang lain, maka anak-anak lainnya bisa merasa harus ikut melakukannya pula supaya bisa dianggap sama keren. Efek ikut-ikutan ini juga berlaku apabila pelaku bully adalah salah seorang teman atau saudara yang usianya lebih tua. Ikut-ikutan sang kakak mem-bully anak lain akan dianggap sebagai tindakan yang bisa mengangkat derajatnya hingga setara dengan si “anak besar”.


4. Belum paham makna perbedaan

Anak-anak tidak dapat dengan sendirinya memahami apa sebab anak tetangga di sebelah rumah Anda mengenakan kacamata setebal “pantat botol” atau mengapa teman sekelasnya di kelas dua berjalan dengan sebelah kaki yang pincang. 

Jika tidak bisa memahami apa yang dilihatnya, maka mereka tidak mampu menunjukkan empati pada anak lain yang penampilannya “berbeda” tersebut. Dengan demikian, sesuatu yang berbeda tadi dianggapnya sebagai bahan hiburan. Itulah sebabnya mereka senang mengolok-olok temannya dengan sebutan “si mata empat”, “si pincang”, dan lain sebagainya.


5. Eskpresi perasaan frustasi

“Efek bully bisa bermacam-macam. Bully bisa membuat seorang anak menjadi kurang percaya diri namun bisa pula mengubah seorang anak menjadi pelaku bully di tempat lain,” kata psikolog, Nessi Purnomo.  Itu sebabnya, anak-anak yang memiliki kecenderungan menghina orang lain biasanya justru sering mendapatkan pengalaman direndahkan oleh orang-orang di sekelilingnya. Sesekali, mereka ingin merasakan dirinya berkuasa dengan cara balik merendahkan orang lain.

Tak heran bila banyak pelaku bully adalah anak-anak yang diserang stres dan menjadi korban kekerasan baik secara fisik maupun emosional di dalam lingkungan keluarga ataupun pergaulannya. Mereka yang hobi mengejek secara tidak sadar sebenarnya sedang mengekspresikan perasaan frustasi, amarah, serta ketidakbahagiaan yang dirasakan oleh dirinya sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar