Sejak 2010, pemerintah telah mewajibkan agar dalam jenjang pendidikan dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi diisi dengan kurikulum bermuatan pendidikan karakter dengan porsi besar. Masalahnya, tidaklah mudah menjadikan setiap individu menjadi pribadi berkarakter. Sebab, dibutuhkan proses panjang dan trik-trik khusus mewujudkan hal tersebut.
Demikian disampaikan Pendiri Heritage Foundation (Yayasan Warisan Luhur Nusantara), Dr Ratna Megawangi, M.Sc dalam talkshow bertema `Misi Pahlawan Cilik Pepsodent` di Hotel Mulia Senayan, Jakarta Pusat, ditulis Health Liputan6.com pada Rabu (2/7/2014)
"Sejak bertahun-tahun kita diajari berbagai macam nilai luhur untuk membentuk karakter. Saat kita bisa berbicara, sampai kita tamat SMA, pasti diajarkan nilai dan moral yang membuat kita sudah kenyang akan hal itu. Faktanya, saat ini banyak dari kita yang tidak bisa mempraktikan itu," kata Ratna menjelaskan.
Bayangkan saja, hampir setiap hari kita mendengar kabar terjadinya peperangan antarsuku atau tawuran antarpelajar. Di saat-saat menjelang pemilihan presiden seperti sekarang ini, banyak partisipan yang saling menyebarkan fitnah. Jika memang nilai dan moral yang diajarkan sejak sekolah dulu dapat diterapkan, tidak mungkin hal-hal seperti ini terjadi.
Menurut Ratna, pendidikan karakter akan berhasil bila diimbangi dengan nurani yang kuat. Karena nuranilah yang akan menjadikan individu sebagai sosok yang mampu mengerem dirinya untuk tidak melakukan sebuah tindakan yang merugikan.
"Kalau mereka punya nurani, akan merasa malu kalau berbuat salah. Mereka pun akan merasa bersalah jika melakukan hal-hal yang tidak baik. Misalnya saja menyakiti hati orang lain, dia akan segera meminta maaf. Itulah kontrol yang paling baik untuk dimiliki seseorang," kata dia menerangkan.
Demikian disampaikan Pendiri Heritage Foundation (Yayasan Warisan Luhur Nusantara), Dr Ratna Megawangi, M.Sc dalam talkshow bertema `Misi Pahlawan Cilik Pepsodent` di Hotel Mulia Senayan, Jakarta Pusat, ditulis Health Liputan6.com pada Rabu (2/7/2014)
"Sejak bertahun-tahun kita diajari berbagai macam nilai luhur untuk membentuk karakter. Saat kita bisa berbicara, sampai kita tamat SMA, pasti diajarkan nilai dan moral yang membuat kita sudah kenyang akan hal itu. Faktanya, saat ini banyak dari kita yang tidak bisa mempraktikan itu," kata Ratna menjelaskan.
Bayangkan saja, hampir setiap hari kita mendengar kabar terjadinya peperangan antarsuku atau tawuran antarpelajar. Di saat-saat menjelang pemilihan presiden seperti sekarang ini, banyak partisipan yang saling menyebarkan fitnah. Jika memang nilai dan moral yang diajarkan sejak sekolah dulu dapat diterapkan, tidak mungkin hal-hal seperti ini terjadi.
Menurut Ratna, pendidikan karakter akan berhasil bila diimbangi dengan nurani yang kuat. Karena nuranilah yang akan menjadikan individu sebagai sosok yang mampu mengerem dirinya untuk tidak melakukan sebuah tindakan yang merugikan.
"Kalau mereka punya nurani, akan merasa malu kalau berbuat salah. Mereka pun akan merasa bersalah jika melakukan hal-hal yang tidak baik. Misalnya saja menyakiti hati orang lain, dia akan segera meminta maaf. Itulah kontrol yang paling baik untuk dimiliki seseorang," kata dia menerangkan.
(Gabriel Abdi Susanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar