Penyiksaan dan Pengabaian
Terhadap Anak
Semua orang tua pasti
sekali waktu merasa marah terhadap anaknya. Mengatasi perilaku anak memang
bukan perkara mudah. Hanya dengan bilang “tidak” saja belum tentu dapat meredam
sikap yang menjengkelkan tersebut. Dalam menghadapi sikap dan perilaku anak
yang menyulitkan tersebut banyak orang tua yang lepas kendali sehingga
mengatakan atau melakukan sesuatu yang membahayakan anak sehingga kemudian
mereka sesali. Jika situasi ini sering berulang, hal ini yang dikatakan sebagai
penyiksaan anak, baik secara fisik maupun mental.
Beberapa kriteria yang termasuk perilaku menyiksa seperti :
- Menghukum anak secara berlebihan
- Memukul
- Menyulut dengan ujung rokok, membakar, menampar, membanting
- Terus menerus mengkritik, mengancam, atau menunjukkan sikap penolakan terhadap anak
- Pelecehan seksual
- Menyerang anak secara agresif
- Mengabaikan anak; tidak memperhatikan kebutuhan makan, bermain, kasih sayang dan memberikan rasa aman yang memadai
Pengabaian Terhadap Anak
Penyiksaan terhadap anak tidak terbatas pada perilaku agresif seperti memukul, membentak-bentak, menghukum secara fisik dan sebagainya, namun sikap orang tua yang mengabaikan anak-anaknya juga tergolong bentuk penyiksaan secara pasif. Pengabaian dapat diartikan sebagai ketiadaan perhatian baik sosial, emosional dan fisik yang memadai, yang sudah selayaknya diterima oleh sang anak.
Pengabaian ini dapat berbentuk :
- Kurang memberikan perhatian dan kasih sayang yang dibutuhkan anak
- Tidak memperhatikan kebutuhan makan, bermain, rasa aman, kesehatan, perlindungan (rumah) dan pendidikan
- Mengacuhkan anak, tidak mengajak bicara
- Membeda-bedakan kasih sayang dan perhatian antara anak-anaknya
- Dipisahkan dari orang tua, jika tidak ada pengganti yang stabil dan memuaskan
Menurut pendapat Vander Zanden (1989)
Perilaku menyiksa dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penyerangan secara fisik atau melukai anak; dan perbuatan ini dilakukan justru oleh pengasuhnya (orang tua atau pengasuh non-keluarga).
Menurut data penelitian diungkapkan bahwa penyiksaan secara fisik banyak dialami oleh anak-anak sejak masa bayi, dan berlanjut hingga masa kanak-kanak sampai remaja.
Lain lagi pendapat para psikiater yang terhimpun dalam Himpunan
Masyarakat Pencegah Kekerasan Pada Anak di Inggris (1999).
Mereka berpendapat, bahwa pengabaian terhadap anak juga merupakan sikap penyiksaan namun lebih bersifat pasif. Efek dari penyiksaan maupun pengabaian terhadap anak sama-sama mendatangkan akibat yang buruk.
sumber: www.ibuanakbanget.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar